AQ

novel mencintai dua hati

Posted by Vika Friday, May 30, 2014 1 komentar
MENCINTAI DUA HATI

Penulis
Makinun Amien el-em
Editor
Rosi Faroby
Shofi dkk
Ankres’s Sekeluarga
Desidn cover
Ubaidillah Ahmad Mahfud
Lay out
Ma’shum Fawaid






















 SERANGKAI KATA PENULIS
Alhamdulillah wa syukurillah, segala puji hanya milik Allah. Tuhan semesta alam, Sang pemilik dan pemberi cinta yang tak putus untuk hamba-hambanya.
Shalawat dan salam senantiasa untuk manusia  penuh cinta yang tak lelah  menyebarkan cinta sepanjang hayatnya rasulullah SAW,
Bergeraklah dengan energi cinta, niscaya tak  akan ada kamus lelah dan menyerah dalam langkahmu. Hiasilah harimu dengan cinta, agar terkobar semangatmu selalu.
Saya menulis bukan karna saya pintar, atau cerdas, tapi tidak lain hanya untuk berbagi ilimu dan pengetahuan saya yang tak seberapa ini. Dan untuk melatih diri dengan bermodalkan niat, dan tekat saya untuk menjadi seorang Mujahid, dengan sekian banyak Allah memberi jalan untuk berjihad, sayapun memilih dengan cara menulis, karena saya selalu teringat perkataan Prof. Dr. KH. Ali Mustofa Ya'qub. MA, kepada muridnya yang berbunyi "Wa laa tamuu tunna illa wa antum kaatibun" janganlah engkau mati kecuali menjadi seorang penulis, dari sinilah semangat menulis saya tumbuh.
 Jazakumullahu khoiran katsiran, untuk semua yang ikut andil dalam merampungkan Novel ini, terutama : Penerbit, Ma’shum Fawaid, Makmun, Ubaidillah, e_numb crew dan semoga Allah memberkahi langkah kita.
Sebuah harapan besar agar kiranya terbuka maaf bagi nama-nama yang tak tersebut karena faktor halaman.
InsyaAllah, hati saya tetap terbuka untuk menerima berbagai kritikan dan saran dari sahabat semua, baik melalui e_mail, sms, bahkan teguran saat bertatap muka, semuga kita bisa menjadi sahabat yang saling mengingatkan.
Semoga novel yang sekarang ada dipangkuan anda menjadi Motivator bagi anda, semoga dapat meningkatkan gaya hidup yang lebih baik, bermanfaat dan mendapat ridha-Nya amiin.

Istana mungil Blok e –06
PP.MUBA, 27 april 2014
Moh.Makinun Amien












THANKS TO
Allahurobby
Muhammad Nabiyyina
Ortuku Abd.Rozaq & Marwa
Guru-guruku
semangat hidupku ”Purnama”
My best friends, MA’shum Fawaid, Makmun, Zainal Arifin & Mba’ Cha-cha
Kakak-kakak dan adik-adikku
Bagi para pembaca yang sudah meluangkan waktunya membaca novel mini ini semoga bermanfaat amiin……………….








Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila ada kesamaan, baik nama, alur, tempat, waktu dan suasana, penulis minta maaf, karena itu tidak lain hanya kebetulan yang tak pernah diinginkan oleh penulis.



Daftar Isi
Serangkai kata penulis............................................................
Thanks to.................................................................................
Daftar isi..................................................................................
Surat untuk Tuhan dan Riyan.................................................
Liburan panjang.......................................................................
Tunangan................................................................................
Faqih datang............................................................................
Gerimus tangis........................................................................
Mencintai dua hati...................................................................
Faqih kembali..........................................................................
Kehilangan...............................................................................
Akhirnya janur kunin mulai melengkung.................................













                                                                                                           
“Jika cinta karena kebaikan, segalanya yang tercipta setelahnya adalah kebaikan, yang bisa lebih dari sekedar cinta. Sebaiknya,  jika ia mencintai diatas pacu landasan keburukan, yang menjadi rel untuk menempuh jalanya pula kejelekan-kejelekan yang setelahnya.”
(FIKRI HABIBULLAH M)



1
SURAT UNTUK TUHAN DAN RYAN
Tuhan...!
Kaulah sang khalik yang mempunyai sifat Ar-rahman dan Ar-rohim kepada mahluq.  Akulah mahkluk yang membutuhkan itu semua, dari sekian banyak hati, perasaan, jiwa insaniyah, yang telah aku sakiti tak ter kecuali orang yang telah melahirkanku kedunia ini, dan orang yang telah mengenalkanku pada-Mu dan agama-Mu. Masih adakah pintu maaf bagiku?, bagi orang yang sebejat, durhaka, sekotor aku. Masih pantaskah aku hidup di surga mewah megah-Mu itu?
Tuhan…!
Aku bisa bercumbu rayu dengan cinta-cinta yang ku punya saat itu, aku bisa tersenyum lucu, manja, didepan mereka. Aku bisa segalanya didepannya.
Bahkan…! Aku bisa memanipulasi mereka dengan cinta palsu, membodoh-bodohi mereka dengan semua itu. Aku tak lebih dari qarun yang tak pernah mensyukuri apa yang telah di milikinya, aku tak lebih dari fir’aun yang membangga banggakan dirinya, aku tak lebih dari hewan buas yang menerkam setiap mangsanya yang ada di dekatnya. Bahkan……..! Aku adalah mahluk paling buruk dari semua mahluk yang kau ciptakan.
Kelak…! apakah aku termasuk mahluk bodoh yang memakan daging busuk dan bau. Sedangkan di hadapanku ada daging, matang, bagus dan harum. Apakah aku termasuk mahluk pencari kayu bakar yang bodoh, yang tidak mampu memikulnya tapi terus menambahnya.  Atau kah…..! Aku mahluk yang bersolek dengan perhiasan disemua anggota tubuhnya, yang hanya memperdulikan kehidupan dunia. Itu semua terurai jelas dalam tour religi kekasih-Mu.
Tuhan….! Aku takut semua itu.
Di sela-sela kerapuhan hidupku yang sudah terbaring kaku, lugu dan dungu. Dihadapan-Mu aku memohon ampunilah dosaku. Tiada tuhan yang pantas disembah kecuali engkau, hanya  engkaulah yang memberi pertolongan. Hanya kamulah yang mengendalikan semuanya dan hanya karna engkaulah aku ada, hidup dan matiku ada ditangan-Mu.
 Tuhan…! Panjangkanlah umurku jika aku akan beribadah dan mengerjakan amal soleh-Mu, jika tidak…! Bawalah aku bersama bidadari-bidadari disurga-Mu itu.

**(M2H)**

Detik ini, Malam ini, dan saat inilah aku luapkan semua kesalahan yang telah aku perbuat. Tidak ada yang tahu soal hati dan perasaan, setelah aku kehilangan semuanya baru aku sadar. Bahwa Aku ini telah menyia-nyiakan kesempatan dan kalah oleh bujuk rayu syaitan (Naudzubillah) ingat……..!!! hati-hati kawan, nafsu dan cinta sulit di bedakan.
“Kesempatan bukan tontonan tapi perbuatan “
(R.K.H. ZAKKY)
**(M2H)**
Assalamualaikum Wr. Wb
To : Ryan yang tersayang
            Ryan, sayangku maafkan aku, akhir-akhir ini aku tak sempat memberimu kabar. Ada sesuatu yang harus kukatakan kepadamu, sebelum kamu mendengar semua ini dari orang lain, secarik surat ini menjadi wakil hatikku yang berbisik tak bicara karna aku takut hatimu sakit.
            Ryan sayangku, maafkan aku, aku sudah ditunangkan oleh orang tuaku………..!!!
Aku tak bisa menjaga cinta yang kau titipkan untukku, dan itu semua bukanlah kehendakku melainkan keinginan orang tuaku.
            Aku tak bisa melanjutkan surat ini hingga terurai jelas karna aku tak sanggup untuk membendung Air mata yang telah membasahi separuh kertas yang telah berada dipangkuanmu itu.


Dariku yang selalu
Merindumu 
Nailatul fitryah
                                                                                                               
**(M2H)**


Ya Allah......
Rencana apa yang kau berikan pada hidupku apa ini cobaan atau ujian….? Untuk menguatkan mahligai cinta dan kesetiaan bagi  hambamu ini. Yang kebingungan memilih setia atau taat pada orang tua?.




“Kecintaan pada sesuatu membuat buta dan tuli”
(H.R. Tirmidzi)




2
LIBUR PANJANG
            Pagi itu sangat indah dengan sinar sang surya yang menembus menghangatkan jiwa. Embun yang meremas disetiap tangkai ilalang, menyambut kedatanganku. Dihalaman kampus disalah satu kota dingin malang.
            Aku adalah Mahasisiwi dari Madura yang terkenal dengan julukan pualu garam, tepatnya disalah satu pulau terpencil paling timur. Santa. Ya… Santa adalah tempat kelahiranku. Aku tumbuh besar Disana, Empat perempuan tujuh laki-laki yang satu kampus denganku. Mereka itu dari pulau indahku.
            Dikota dingin ini banyak hal yang aku dapat. Selain pendidikan, kebudayaan, Kemandirian dan banyak hal lain yang tak dapat aku sebutkan.
“Hai,Pagi nai…!” Ryan menyapaku. Membuyarkan semua hayalanku.
            “Yah..! Ryan Ngagetin deh” jawabku cuek.
 Ryan adalah laki-laki baik yang pertama aku kenal  di Universitas di kota ini. Dia orang yang baik, Pintar,Cerdas dan Ganteng lagi. Setelah kita lama kenal sekitar kurang lebih 3 tahun dia memberanikan  dari untuk menyatakan cinta kepadakku. Dan sekarang dia telah resmi menjadi pacarku.
“maaf, kalau ganggu” pintanya manja.
“Apasih yang kau fikirkan? Kayaknya serius amat” Imbuhya.
“nggak kok, aku cuma tiba-tiba ingat ortu di rumah”
Kring…..kring….
Bel sudah berbunyi menandakan aku harus masuk, dan fokus kepada penjelasan dosen yang di depan. Di penghujung penjelasanya, dosen menegaskan bahwa mulai besok libur, hingga 2 bulan yang akan datang. Tak tahu kenapa sepertinya liburan kali ini begitu berbeda, rasa bahagia mengalir dalam nadiku dan tumpah dalam jiwaku, tak seperti biasanya, liburan tahun lalu bagiku biasa saja dan sekarang sepertinya berbeda, apa karna aku kangen pada orang tua tercinta yang selalu menuangkan dan mengalirkan munajatnya kepadaku, yang berjuang demi agama Allah, atau juga aku merindukan adik-adikku yang selalu tersenyum lucu ketika aku memanjakanya.
            Aku tak bisa berfikir apakah aku bisa menjalani hidup tanpa ryan, satu hari saja, apalagi 2 bulan aku tak tahu itu, semua rasa telah bercampur dalam otakku.
“Yan, kamu tahu gak?” Tanyaku menghampirinya yang sedang duduk di kantin kampus.
“tau apa sih? ” Dia malah balik nanya
“Itu, tetang liburan panjang” imbuhku memperjelas
”Oh…itu aja, gak usah bahas kalee... Semua orang disini tahu kalau liburan itu besok” jawabya sinis
“Nyebelin deh, maksud aku, kita gak bisa bersama lagi dong” jawabku manja…
“Jangan lupakan aku yan…!” Imbuhku.
Ryan adalah anak madura juga’ tepatnya di kota Bangkalan, Kota tersebut terletak paling barat dari pulau Garam. Pada saat itu aku mengikat janji pada Ryan, nanti kalau kita sama-sama lulus, kita akan jujur pada ortu kita masing-masing, hingga kita merajut dalam mahligai cinta yang satu, halal hingga abadi nantinya.
**(M2H)**
            Pagi itu benar-benar datang di mana aku akan bahagia bertemu keluarga, dan gelisah berpisah dengan Ryan.
            Batu adalah kota terakhir ku injakkan kaki ini. Disini, dalam terminal ini aku masih bersama Ryan dan teman-temanku yang sama dari Madura. Dari terminal batu, Malang, menuju Madura (Bangkalan) kurang lebih 3 jam waktu yang di habiskan. Disinilah di terminal ini perpisahanku dengan Ryan di saksikan oleh khalayak orang.
“Nai…! Aku turun ya” Sapanya padaku.
“Iya, hati-hati dan jangan lupakan aku Yan” 
Kembali aku meneruskan perjalanan, hingga tiba di terminal sumenep dengan membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam. ini semua tak lepas dari peran suramadu yang membentang dan menghubungkan madura dan surabaya, banyak sekali perubahan dan perkembangan dipulau indahku ini, mulai dari pembangunan, pertanian dan hingga perikanan semuanya canggih. tak lagi mengandalkan tenaga manusia atau hewan untuk mengerjakan aktifitas-aktifitas tersebut, melainkan serba teknologi canggih, yang tak lain berperan sebagai kolonil dan penjajah bagi negara, terutama pada agama kita.
Sekarang aku sudah berada tepat di depan Kapal (tongkang), tinggal selangkah lagi aku sampai di tempat yang ku banggakan dan yang ku impikan, Santa pulau keindahan, sejenak ponsel ku berbunyi
                        >> dinda ku titip cinta dan kasih
Untuk kau rawat,
Hingga kita nanti, sampai kita kembali
Bersama dalam cinta Ridha Ilahi.

Pesan dari riyan, singkat, padat dan jelas, menggelitik bibirku untuk tersenyum 1 centi.
Panorama indah kambali ku rasakan di bibir pantai pelabuhan Katidor dan Toldo yang masih asri, pemandangan disini aku nikmati hamparan pasir putih yang tak kutahu berapa  banyaknya di setiap deburan ombak yang membawanya, hingga terdampar indah dihadapan ku.
           
“Ya allah ….
Begitu banyak nikmat yang kau berikan kepada hamba, namun hamba lupa untuk mensyukurinya. Tangan kanan kiriku terpenuhi oleh pasir yang engkau ciptakan, dan nikmat-Mu melebihi banyak hamparannya”
           
Kakiku kembali menginjak kokoh dipulau ini, keluargaku menyambut bahagia kedatanganku yang 1 tahun satu kali itu, seperti biasa, aku cium semua punggung tangan sesepuh, terutama kedua orang tuaku, itu sudah menjadi tradisi di daerahku.


**(M2H)**



Lupakan kesedihan masa lalu, lakukanlah hal yang bermanfaat, yang kau kehendaki ketika tuhan menetapkan qadlo’ dan qodarnya atas dirimu, maka terimalah  dengan hati yang ridlo walau pahit rasanya.
(IMAM SYAFI’I)




3
TUNANGAN

            Waktu tak terasa, selama bersama keluarga gelak dan tawa slalu menemani perbincangan kita. sudah 3 hari aku berada di rumah, seperti biasa hubungan ku dengan ryan slalu saling memberi kabar.

>>meski jarak dan waktu memisahkan kita tuk sementara…! Yang begitu pahit aku rasa mungkin di penghujung tahun nanti kita akan selalu bersama atau akan merasakan kemanisan yang tertunda.

            Ryan kembali mengirim pesan gombalnya yang membuat aku tersipu malu dan semakin cinta kepadanya.
           
“Naila ….ada yang ingin kami bicarakan.“ ucap ayah yang sedari tadi berada di hadapanku diruang tamu.
“Ada apa sih yah…? Kayaknya serius amat” jawabku
“Gini nai…seminggu yang lalu, H. Rasyid guru ngajimu itu kesini, beliau berdawuh pada ayah dan ibumu, dia ingin meminangmu untuk putranya yang akan diwisuda tahun ini juga, sama dengan mu”
“Dan besok malam, beliau sekelurga mau kesini, mau nagih jawaban dari kami dan mumpung kamu berada disini, ayah ingin membicarakan dan minta persetujuan dari kamu” imbuhnya damai….
           
Kata-kata itu membuat aku terdiam sekejap aku tak tahu, kata-kata apa yang harus aku keluarkan, apa jawaban, keluhan, atau tangisan? Aku tak tahu semua rasa kembali menghadiriku, mulai hambar, manis, asin, dan bahkan pahit bersatu dalam rasa takut…

“Maaf…yah, bukan aku menolak pinangan H.rasyid. Ini terlalu cepat aku masih butuh waktu untuk semua ini yah….”imbuhku lemah.
“Aku sudah punya pilihan sendiri yah” lirikku dalam hati
“Ya sudah, kalu kamu memang  butuh waktu untuk semua ini,ayah akan bilang sama H.rasyid ” jawabnya rendah.
           
Kabar ini tak di dengar oleh siapapun termasuk Ryan hanya keluargaku dan H.Rasyid lah yang mengetahui ini semua.

tanpa terasa tetesan kristal terjatuh di atas diary ku.

Ya  allah….Kau Maha Pengasih dengan Arrohman-Mu
            Maha Penyayang dengan Arorhim-Mu.
            Namun, tidak Tuhan limpahkan kepadaku
            Maafkanaku telah lancang melontarkan kata-kata kasar.
Dan tak sopan
            Dengan kehidupan yang berantakan
            Kapan aku akan hidup dengan keindahan?

**(M2H)**
            Matahari terbenam meninggalkan senyumnya, dan kembali keperaduanya, dia tidak segagah lagi seperti yang sebelumnya menjabat sebagai raja siang, sekarang dia telah hilang Mengundang kegelapan dan kesunyian. hanya bulan yang terbentang, bintang yang bertaburan yang ku jadikan pelarian tuk tumpahkan semua haru dan tangisan.
           
“Naila..kok belum tidur, kan udah malam” sapa ibu mengahmpiriku lalu duduk disampingku.
“Nggak ngantuk bu…” jawabku lemah.
“Nak…bukan ibu ingin memaksamu untuk menerima nak faqih, tapi…ibu ingin mengantarkanmu dalam kebaikan dan kebahagiaan demi masa depanmu” rayu ibuku lembut sembari mengelus ngelus rambut panjangku.
           
“Lagian faqih anak yang baik kok, pinter, cerdas, alim dan tampan lagi, hanya orang bodoh yang tidak mau sama dia” tambahnya meyakinkan.
“Ibu… apaan siih…!”
“Dan betapa bahagianya seorang ibu, yang memilki anak atau menantu seperti faqih, dan sekarang tinggal kamu,dia akan jadi milikmu selamanya ketika kau diam berarti mau”
“Betapa kecewanya kita ketika semua itu hanyalah hayalan atau mimpi yang tak sampai”
“Besok malam dia akan datang kuharap kamu tidak mengecewakan” imbuhnya penuh harap.
           
Ibu…!
Kau yang mengandungku,  kenalkanku pada dunia dan kau adalah guru pertamaku, kalau dengan jalan ini ibu bisa bahagia, apa boleh buat, aku tak bisa membalas apa-apa kecuali patuh dan taat atas perintahmu, selagi tak melanggar syaria’at ajara-Nya.
           
Setelah itu, aku tidur begitu nyenyak, tanpa aku berfikir bagaimana ketika Ryan tahu ini semua, kalau aku telah melanggar janjinya, sudah lama aku tak tahu dan tidak memberi  kabar kepadanya …maafkan aku ryan….

**(M2H)**

            Malam itu benar-benar datang, H.Rasyid dan sekeluarga telah hadir tepat waktu, mereka duduk diruang tamu. namun tak kutemui wajah laki-laki yang ingin mnghitbahku, faqih…ya faqih, dia tak hadir di malam ini karena dia masih berada di pondoknya. Di luar madura sana di jawa tengah tepatnya.
            Sekarang ini mulai detik, menit dan jam ini aku telah resmi menjadi tunangannya.
“Naila…!” sapa ibu faqih yang sering aku panggil dengan sebutan umy dengan lembut.
“Iya umy” jawabku dengan senyum.
“Kamu begitu cantik malam ini nak, maaf…faqih tidak bisa hadir, dia masih mengerjakan tugas dipondoknya” aku hanya membalas dengan senyuman.
            “Mungkin, dalam waktu dekat dia akan datang” imbuhnya semangat.
           
Kulihat dua keluarga yang begitu bahagia, menikmati hidangan yang tak begitu seistimewa hidangan para raja, sekarang beliau telah menjadi besan.
           
“Anakku naila, hidup begitu membingungkan kadang searah dengan yang kita harapkan kadang pula membelok kearah yang berlawanan” begitulah pesan singkat multima’na dari H.Rasyid guru ngajiku dulu, yang sekarang telah menjadi mertuaku, aku hanya bisa tersenyum malu.
                                                      **(M2H)**        

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanya ialah, dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan jadikanya diantara kamu rasa kasih sayang, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum berfikir”
(Q.S Ar-rum 214)


4
FAQIH DATANG
           
            Sudah satu minggu aku bertunangan, tapi Ryan belum tahu tentang semuanya, apa aku harus bilang yang sesungguhnya, tapi aku takut menyakitinya, tanpa terasa sudah 15 hari aku berada disini dan mengantongi kenangan yang begitu banyak, yang tak bisa aku devinisikan per-incinya, namun tak bisa pula aku untuk melupakanya.
            Siang ini faqih akan pulang, dia tak lain sama juga liburan, kamis 13:30 wib, dia sudah ada di pelabuhan kalianget yang di jemput oleh supir pribadi abanya.

Dimana satu minggu sebelumnya dia telah resmi menjadi tunanganku, sore ba’da sholat ashar dia datang ke rumahku dan sowan kepada keluargaku.
            “Assalamu ‘alaikum.” sapanya lantang penuh ta’dzim
“’Wa’alaikum salam.“ sahut ayahku.
”Faqih ini kamu nak, baru datang ya?” Imbuhnya
             Engki.” Dia sambil menganggukkan kepalanya dengan penuh ta’dzim di depanya.

            Hari ini pertama aku melihatnya, banyak perubahan yang ada pada dirinya. Dulu,11 tahun silam, waktu dalam kehidupan pendidikan, tak sadar dia sekarang telah menjadi tunanganku dengan gaya  baru, rapi, gagah, tinggi, ganteng, tajir, dan sifat sopanya yang tak pernah luntur dari dirinya.

            Kembalinya matahari kepraduanya membawa faqih beranjak dari tempat duduknya dan pamit untuk kembali kerumahnya.

>> tak pernah berfikir kalau semua ini terjadi tak pernah pula kebayangkan semuanya.
Mungkin ini sebagian dari rencananya yang telah tercatat rapi di lauhul mahfudz sana, kita jalankan dulu ini semua. Meskipun pahit rasanya.

            Teror pesan teks masuk ke nomorku namun, aku acuh taacuh tak menghiraukan mungkin hanya orang jail. Atau pesan nyasar.

            Aku mulai cemas, sampai saat ini ryan belum tahu tentang pertunanganku, dan dia juga berhenti menghubungiku apa ada kaitanya dengan pertunangan itu?.

Tuhan......
Bagaimana aku bisa hidup dengan bertopeng dua wajah pada mereka, yang tak pernah tahu tentang cinta…
Dosakah aku hianati mereka, bohong dengan janji yang di ikrarkan bohong dengan perasaan yang tak diungkapkan
tuhan …!
Berikanlah aku petunjuk di kehidupan bertopeng?.

**(M2H)**

Ku mulai cari informasi tentang Ryan, ku hubungi nomornya sudah tidak aktif mulai beberapa hari yang lalu, maafkan aku Ryan, desirku dalam hati. Pagi-pagi sekali ada laki-laki paruh baya menyodorkan kertas amplop kepadaku yang lagi merawat taman di depan rumah, dia tak lain adalah pak Pos yang mengantarkan surat dari Ryan untuk ku.

Assalamu’alaikum wr.wb.
            Buat naila di kejauhan sana
Aku tak tahu sekarang ada dimana, mungkin aku telah terbuang di kejauhan sana, terdampar, terkapar, terpurk dalam-dalam.
Naila…! Masihkah tumbuh segar dan indah bibit-bibit cinta yang kutanam di ladang hatimu waktu itu?. Masihkah juga dia terawat, terpupuk, hingga menjulang tinggi dan berkembang, ataukah semua itu telah layu terhempas topan dan banjir bandang, kuharap itu hanya hayalan tidak dalam kenyataan.

Naila…!
Cintamu masih satu, sayangmu masih utuh, ridumu masih terukir indah dalam lubuk dan hatiku. Dan kuharap kau tak mengecewakan ku. Semoga dugaanku hanyalah bisik angin berlalu.

                                                                                                                                    Ryan.

Setelah aku baca surat dari ryan aku semakin tak tega untuk mengatakan yang sebenarnya, dosakah aku dengan ini semua?. Awalnya mataku hanya berkaca-kaca, setelah semuanya ternyata sudah tumpah ruah keristal bening membasahi kertasnya hingga tak tampak lagi huruf dan abjadnya.

“Ya allah mengapa Kau harus menciptakan cinta jika dengannya aku tak bahagia, jika dengannya  pula semua jadi terluka. Katanya cinta itu fitrah. Bagiku tak lebih dari musibah.

Mungkin aku akan katakan yang sejujurnya semuanya, biar tak ada lagi keraguan dalam hatiku dan hatinya, namun dengan kata-kata apa aku harus memulainya  aku tak tega, aku takut menyakitinya karna aku sayang kepada keduanya.


**(M2H)**









Cinta adalah kehidupan bagi hati dan nutrisi bagi ruh. Dengan demikian hati tidak akan merasakan kelezatan, keminatan, kebahagaan, dan kehidupan kecuali dengan cinta.

                                                            (Ibnu Qoyyim Al-jauziyah)




5
GERIMIS TANGIS

            Kucoba terus tanpa putus hingga sampai kepada yang kutuju, nomor Ryan aktif, kuberanikan diri untuk mengatakan apa yang terjadi sebenarnya. Meskipun lewat Hp yang sederhana demi kebahagiaan kita bersama nantinya.
            “…………….”
“Halo, Asalamu ‘alaikum, ini Ryan kan?.” sapaku dengan tanya
“ Iya, betul ini dengan siapa ya…?

Astaghfirullah dia sudah lupa padaku, pada suaraku yang sering didengar merdu dan mengelamun sahdu dalam irama hidupnya.
           
“Ini aku naila” meyakinkan.
“Yan… maafkan aku akhir-akhir ini aku gak ngasih kabar kepadamu” aku mulai pembahasan.
“Aku yang harus minta maaf Nai…! Aku sebagai laki-laki kurang memperhatikanmu” jawabnya penuh salah
“Yan………..! Sebenarnya bukan cuma itu yang harus aku katakan kepadamu, tapi ini tentang kita, tentang hubungan kita.”
“Ada apa sih, kamu sudah mau cepat-cepat tunangan ama aku”
“Maaf yan… bukan itu masalahnya, sekarang aku sudah di tunangkan”
“Nai… kamu tidak bercanda kan,  nggak’ lucu lo bercandanya”
“Nggak Yan ini benar, semua ini bukan kehendakku yan…!”
“Tut……tut.…tut.....” Sambungan terputus
“Hallo…Yan, Ryan…” Panggilanku ternyata putus, aku tak tahu apa yang ada di fikiranku, sedihkah ryan dengan semua ini?, kecewakah dia, aku tak tahu berapa hati lagi yang akan aku sakiti setelah Ryan,.

Waktu terus berputar detik berganti menit, menit pun berganti jam, demi jam kulewati malam yang kelam. Seperti biasa fajar terbit di ufuk timur sana, melontarkan senyum dan salamnya pada dunia, dengan manis dia bercumbu dengan mahluk lain di sekitarnya, kutitip salam kepadanya di kejahuan sana.
Ku layangkan surat balasan untuk Ryan untuk menegaskan kejadian tadi malam.
                       
Assalamu ‘alaikum wr.wb.

Teruntukmu Ryan
           
Di setiap hembusan nafasku yang kuhirup kembali, namamu mengalun indah di dalamnya, bukan aku melupakan mu, bukan pula aku lupa atas semua janji kita. tidak, tidak ryan, aku tidak bisa meninggalkanmu, tentang tunangan itu, bukan kehendakku tak lain itu adalah peran ibu dan ayahku.

            Ryan …! Bersabarlah.

Mungkin ini kepahitan cinta kita untuk menuju kemanisan yang tertunda.

Hatiku selalu untuk mu
                                                                                                                                                                                                                                                                                    Naila.

            Apa yang harus aku lakukan selanjutnya ?, ataukah aku akan jujur pada faqih tentang perasaan yang tak pernah ada. tapi bagaimana? Dia terlalu baik untuk disakiti aku tak tega, yang terus berpura-pura di depan dia dan mertua.

            “nai…”Ibu memanggilku dengan lantang memudarkan semua lamunan yang kurangkai dalam otak dan fikiran.
            “ Ia…bu…bentar” sahutku sepontan.
           
Aku berjalan gontai menuju keluarga yang menungguku di meja makan, di sana aku menemukan faqih yang duduk manis, ikut serta menunggu ku mereka semua melontarkan senyuman selamat datang, di sisakan kursi kosong di sampingnya, badanku bergetar menggigil ketakutan, berdekatan dengan faqih, grogi yang aku rasakan pada saat ini.


“ Ya Allah......
Kenapa aku harus takut dan gugup
Berdekatan dengan mahlukmu ini,
mungkinkah Akan tumbuh bulir-bulir cinta ?
di setiap ucapannya mengandung do’a
di setiap senyumnya ada kesejukan
di setiap langkah kakinya tersembunyi ibadah didalamnya.
Apakah dia mahluk yang sempurna ?
ataukah
aku yang terlalu hina ?’’
  
Acara makan siang itu sudah elesai aku dan faqih di tinggal berduaan aku tak tahu apa yang akan aku katakan, faqih pun memulai percakapan.
           
“Nai …Bagaimana tanggapanmu tentang pertunangan?’’

Nampaknya dia mengajakku berdiskusi, pertanyaan yang begitu sederhana tapi aku begitu sulit mendifinisikannya. Yang berhubungan dengan  hati, perasaan, jiwa dan ungkapan yang sesungguhnya, aku diam begitu lama hingga aku temukan jawabannya.

“Menurutku tunangan itu adalah suatu janji dalam ikatan dan awal dari pernikahan tanpa mengenal cinta dan kasih sayang.”
            Dia diam mendengar pendapat yang ku lontarkan, dia hanya  menyunggingkan senyum khasnya.
            Aku balas dengan bertanya balik kepadanya, dengan wajah menunduk tak menghadapnya, karna begitu tajam matanya menusuk batinku
           
“Kak faqih sendiri, bagaimana menafsiri kata cinta ?”
Dia sepontan lihai menjawabnya bak seorang dosen dalam fakultas dengan jurusan menagement cintanya.’’

            “Cinta adalah fitrah tuhan yang maha kuasa dengannya, api tak lagi panas, es tak lagi dingin, duri tak lagi menusuk,  jiwa yang gundah dengannya bahagia, merana dengan ceria, amnisia dengannya biasa, dapat mengubah sedih jadi riang, sakit jadi sehat, dan amarah jadi ramah, sebab cinta bukanlah indera tapi adalah rasa.”
           
Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum malu di depannya.
           
‘’Faqih kamu adalah laki-laki istimewa, aku salut atas kepribadianmu” lirihku dalam hati.

Malam itu sangat sunyi, jariku memainkan keypad handpone yang aku pegang, aku selalu teringat kejadian tadi siang. Masihkah aku harus katakan bahwa aku sudah punya pacar.?. dia laki-laki yang sangat baik, pintar, dan polos. Dosakah aku jika megatakan dan jujur padanya?. Atau kah lebih dosa lagi kalau aku memendam kenyataan yang tak pernah dia inginkan.? kuputar balikkan otak dan fikiran, ber-ijtihad memutuskan suatu permasalahan kehidupan bercinta antara aku,faqih dan ryan.
            Ya… Aku harus mengatakan baik-baik kepada faqih kalau aku sudah punya pacar, sebelum dia dengar dari orang lain hingga menjadi salah faham dan semua ini jadi berantakan, aku yakin faqih mengerti posisiku sekarang.
“Assalamualaikum…ini kak faqih ya?” aku awali dengan sapa dan tanya.
”Waalaikum salam..ada apa nai?” Dia tanya balik
“Ngak ada apa-apa sih. Aku ganggu nggak?.”Tanyaku lagi.
”Gak kok, memangnya ada apa? “dia mengulangi pertanyaan yang sama.
“Sepertinya serius amat” imbuhnya.
” Kak ada yang harus aku katakan ama kakak mungkin besok pagi dipantai”

Wahai malam teruskanlah dan panjanglah. mungkin kata ini cukup pas pada keadaanku sekarang, bisakah aku berucap tegap tanpa gugup dihadapannya. aku tak ingin pagi itu benar-benar terbit dia melepas kan busur cahayanya sperti yang telah aku rencanakan, aku duduk dipinnggir pantai ditempat duduk yang sudah disediakan.

”Hai…udah lama nunggunya?.” Tanya faqih dengan senyum khasnya, dengan membawa minuman ditangan kanan dan kirinya.
“Gak kok, baru juga nyampek” dia menyodorkan minuman sambil lalu duduk disampingku.
Pagi ini memang cerah ,gemuruh ombak dan semilir angin menghembus daun kelapa yang melambai, menari mengajak pepohonan dan tumbuh-tumbuhan disekitar. Musikal alam telah di dendangkan bertajubkan nuansa keindahan, keheningan dan kesunyian bersatu dalam alam.
“Naila…! Berita apa yang akan kau kabarkan padaku dibibir pantai yang indah dalam suasana yang cerah ini?” Faqih memulainya dengan kata tanya yang dimodifikasi oleh bahasa sastranya.
          “Aku mau nanya, jawab dengan jujur ya kak! apa kakak punya pacar?”
“Lucu deh, hanya pertanyaan itu yang kamu ingin tanyakan kepadaku nai? Pertamakali aku melihat perempuan, pertama kali aku mengenal cinta,dan pertamakali yang memperkenalkan cinta itu adalah kamu. Kamu adalah perempuan yang pertama kali kulihat, kamulah  yang pertama kali yang memperkenal kan cinta padaku dan kamu juga yang membawanya, tak ada orang lain dihatiku kecuali kamu nai…”
“Boleh aku jujur, sebelumnya aku minta maaf, aku telah mengecewakan kakak, aku telah menyianyiakan kesetiaan yang kakak berikan”
            “Apa sih maksudmu?”  Tanyanya meyakinkan
“Iya kak, sebenarnya aku sudah punya pacar sebelum aku bertunangan  dengan kaka, dan kita telah berjanji kalau kita sudah lulus nanti, kita akan meresmikan menjadi satu ikatan, maafkan aku kak…”

Suasana  pagi yang indah kini telah berganti suasana haru tangis, dan air mata tak lagi bisa aku bendung yang sebelumnya berkaca-kaca kini telah ku tumpah ruahkan diatas pasir yang berserakan.
           
“Nai…tak perlu kau tumpahkan air mata sucimu itu untukku, karna aku tak pantas untuk di tangisi, aku hanya pantas di caci dan dimaki karna aku telah mengambil calon orang yang bagimu sangat berarti ’’ katanya dengan linangan air mata di pipinya.
“Nai…dan kenapa kau baru bilang sekarang, seandainya aku hadir pada saat pertunangan itu, mungkin semua ini takkan terjadi dan untuk mengembalikan semuanya tak semudah membalikan telapak tangan’’
           
Tangisku semakin jadi, mulutku kaku untuk membalas kata-katanya, begitu mulia hatinya yang tidak egois mementingkan diri dan cintanya, demi orang yang dicintainya.
           
“Nai…kenapa tidak, jika kau merasa damai, aman, indah dan bahagia bersama dia aku relakan karna kebahagiaanmu adalah senyum dalam tangisku, penderitaanmu merupakan tangisan dalam hidupku.’’
“Nai…ingat, hanya kejujuran yang mendatangkan kebaikan, kalau kamu bohong satu kali, kamu akan bohong seterusnya’’
           
Air matanya kembali jatuh dari telaga beningnya yang mengiringi dan mengaliri kedua pipi indahnya.
            Tangisku semakin jadi, kenapa semuannya menjadi bagini?.
            “Tidak, tidak kak, aku akan berusaha dan akan belajar mencintai kakak “ imbuhkku
            “Aku kasihan pada kakak” lirihku.

Suasana begitu hening, sepi, sunyi meski matahari telah bertengger pas di atas kepalaku yang duduk di bawah rindangnya pohon kelapa.
            “Naila…adikku, hapuslah air matamu. Anggap saja semua yang terjadi pada hari ini tidak ada”
           
Memang beruntung perempuan yang memilikinya. setiap perkataannya mengandung do’a. disetiap senyumnya ada kesejukan disana. disetiap langkah kakinya tersembunyi ibadah di dalamnya, sungguh mulia hatinya seperti malaikat yang sedang hidup di dunia

**(M2H)**


           
Ketika aku menciptakan manusia,
aku tetapkan kasih sayang menjadi sifat-ku,
dan aku harampan ke zaliman di antara
kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi
(H.R Ahmad)



6
MENCINTAI DUA HATI
“Ya Allah…!
Salahkah aku, jika cinta kepada
Dua orang yang keduanya mencintaiku, menyayangi
Dua orang yang keduanya menyayangiku , apakah
Hati yang kau titip untukku, kau desain dengan
Dua orang? ataukah mereka hanya profokator
Cinta untuk sementara saja
Ya allah…!Tunjukanlah jalan lurus-Mu yang
Akan membuatku masuk kedalam surga-Mu. Pilihkanlah
Di antara dua mahluk yang akan menjadi imamku.

Tatkala surat balasan dari ryan menyambutku yang baru datang dari pantai, dimeja terlentang dengan bertujuan kepadaku, kucoba buka pelan-pelan dengan sebaris basmalah ku bisikkan dalam hati tak tersuarakan.
           
Asslamualaikum wr.wb.

Ku berjalan tanpa kepastian
Aku pergi tanpa tujuan
            Tapi…!
Semua itu adalah kerinduan.
Rindu seakan membelah langit biru.
            Mengucapkan shyahdu
Meledak musnah, rapuh dalam qalbu.
            Retak…!
Naila…! Di ujung penantianku,
Ku berharap kau akan kembali dengan sempurna dengan sendirinya.
Meski mega tak lagi merah
            Fajar tak lagi terbit
Dan semua kehidupan menjadi suram
            Kelam…
Sunyi sepi karna tanpamu.
            (rapuh)

Naila….!

Cinta bukan permainan yang bisa di kendalikan oleh pemainnya. Cinta adalah rasa yang tanpa kita tahu dia akan hadir dan akan pergi tanpa sepengatahuan kita. diapun akan memberi kenikmatan, kebahagiaan, kesakitan dan kepedihan bagi penikmatnya.
Naila…! Aku takpeduli kamu bertunangan dengan siapa, bersama siapa, tapi aku takut kamu akan hanyut bersama arus cinta yang di bawa, meski kamu menanggapinya dengan pura-pura. Cinta tek kenal waktu, tempat, tahta dan pangkat. Karna cinta itu mahluk yang tak tahu diri dan tak memandang pada siapa dia akan pergi.


Pendambamu
Ryan.

            Ryan begitu tahu isi hatiku. Dengan suratnya dia menyatakan kepedulianya padaku, dia masih sangat mencintaiku.
           
“Maafkan aku yan…bukan aku tak ingin setia’’ gumanku dalam hati.
           
Setelah kejadian yang beberapa waktu lalu di pantai. akhir-akhir ini faqih tidak lagi menghubungiku seolah dia kecewa padaku. Aku gelisah, tanpa suaranya yang biasa mengalun dan berirama menjadi menu bagiku setiap hari, tapi…Sekarang, itu tak lagi terjadi. mungkinkah dia patah hati ? ataukah dia sudah berpaling kelain hati ? mungkin benar, kini…aku telah hanyut bersama bahtera cinta yang telah di layarkan dalam samudra kasih dan sayang  yang selalu dia berikan.
           
Lalu bagimana dengan ryan? dia adalah cinta pertamaku. dia yang mengajarkanku lima huruf itu, darahnya yang mengalir dalam nadiku, nafasnya yang menjadi farfum aromaku, cintanya yang merobek dadaku dan bersemayam dalam qalbu.
           
Mencintai dua hati adalah aku, yang mencintai dan di cintai oleh dua  pangeran yang bersemayam diantara senyum dan tangisan, hidup adalah pilihan, cinta pun juga demikian.
           
Mencintai dua hati bukan sesuatu yang mudah, bukan hal yang biasa di lakukan wanita. tapi lumrah di kehidupan kita, meski agama memperbolehkan poligami itu bukan untuk kita melainkan untuk laki-laki saja, itu pun dengan persyaratan yang serba ada.
           
Astahgfirullah hal adzim, aku mencintai dua orang yang dalam islam itu tidak diperbolehkan,
           
Aku adalah perempuan dengan satu pilihan, satu iman dalam berkehidupan karna aku tercipta dari tulang rusuk satu rusuk laki-laki.

**(M2H)**

            “Naila…kok bengong sih?.” tanya ibu yang diam-diam duduk di sampingku.
            “Ngak ada apa-apa bu…! Aku sayang banget sama ibu.’’ jawabku lemah.
            “Nai, ibu baru selesai buat kue, mau gak kamu hantarkan ke rumah faqih?” pintanya.
           
Begitu keras keinginan ibu untuk membuatku dekat dan akrab dengan  faqih, betapa bahagianya beliau jika melihat aku berduaan dengan faqih, bagaimana rasanya, jika beliau tahu bahwa aku punya pacar?, ini tidak boleh ketahuan. Dan betapa sakit dan kecewanya jika beliau tahu tentang ini semua.
           
“Iya bu…, mana kuenya ?’’ ini kesempatan untuk kembali melihatnya.
           
Ku langkahkan kakiku dengan kue di tangan kananku, menuju rumah faqih, di sana aku awali dengan kata salam. Hanya umy yang menjawab sendirian salam yang ku ucapkan.
            “Eh…kok kamu nai…Tumben kesini ?‘’ sapa umy dengan ramah.
            “Iya…mi, kak faqihnya ada ?”
            “Ada kok dia lagi tidur di kamarnya”
            “Ini mi kue dari ibu untuk kak faqih” Seraya aku sodorkan kue itu.
            “Duduk dulu nai…umy mau cuci tangan dulu”
            “Iya mi…”
            “Ayo kak bangun aku pengen tahu gimana kabar dan keadaanmu’’
desirku dalam hati.

Cukup lama aku duduk di shofa yang ada di ruang tamu itu, namun tetap tak ku temukan sesosok faqih,  inginku melihatnya apakah dia baik-baik saja?. Kayaknya aku mulai menghawatirkan hingga aku memutuskan untuk pulang .
           
“Mi…aku pamit, mau pulang” pintaku penuh malu
            “Iya…hati-hati nai di jalan’’ pesannya  perhatian
           
Jarak antara rumahku dan rumah faqih tidak terlalu jauh, mungkin sekitar  satu kilometer, dan tak jarang aku sering bertemu dengan aby dan umy, tidak dengan kak faqih. Akhir-akhir ini ia tidak keluar kamar apakah dia masih butuh waktu untuk sendirian ? atau tidak bisa  menerima kenyataan pahit yang ku berikan waktu itu .?
            Aku tahu dengan tak sadar aku menemukan pesan di handpon (HP) ku yang sedari tadi aku tinggal di kamar
Pesan pertama.
>>Cinta itu tidak pernah meminta melainkan memberi sepenuh hati. terimakasih atas kue yang ibumu berikan melalui tangan kanannya, dengan sepenuh hatinya, sampaikan pada ibumu salam dari ku.


Pesan kedua.
>>Terima kasih juga kepadamu yang masih bisa berpura-pura  cinta dan mencintaiku. Ku nikmati deritaku padamu duhai pujaan…! takkan ku berpaling dari mu walau sekejap pun.

Pesan ketiga.
>>Cinta itu bukan segalanya.  namun… Bisa jadi segalanya, itu karena cinta.

Tiga pesan itu semuanya dari kak faqih, dan dia tahu kedatanganku kerumah nya, dia berfikir kalau aku tak peduli  padanya, tak mencintainya dan tak perhatian kepadanya.
            Iya…, Itu memang benar, dulu. Sebelum aku kenal, akrab, dengan dia. Tapi … Saat ini…seakan nafasku dialiri jiwanya, detak jatungku teriakkan namanya.
           
“Sekarang aku mencintaimu kak, aku sayang kepadamu, aku tak ingin kehilanganmu, tapi aku takut mengatakan jujur kepadamu. Karena aku juga takut  mengecewakanmu lagi. karena aku masih tak bisa untuk setia.” hatiku bicara.
            Sehelai  kertas yang dikirimkan dia selalu tergiang dalam telingaku waktu itu.
Bidadari dalam hatiku adalah kamu yang selalu membawaku dalam tangisanmu, memberi satu dalam sekian jutaan maknanya memberi rindu dari disetiap senyumnya
Apakah itu yang dinamakan cinta ? tak pernah kau tahu dan kau beri tahu isi hatimu yang sebenarnya.
           
Apakah itu cinta atau sekedar kasihan saja ?
           
Naila ……!
Matahari terbit dari ufuk timur sana……..
Dan dia akan terbenam menyisakan senyum
Pada dunia
            Begitulah cintaku  tumbuh dari jiwaku
            Yang terukir di hatimu
            Dan……..!

Dia cinta akan menyelamkan dirinya di perpaduan kasih sanyangmu yang bernamakan hati dan cintamu ini aku yang selalu merindukan mu.

(ABU-ABU)


**(M2H)**

Cinta itu tidak pernah meminta
Tetapi memberi sepenuh hati, rasa
Bahagia biarpun sengsara, berkorban segala-gala
(Karena Cinta, Mestica Feat Inteam)




7
FAQIH KEMBALI

Tak ada air mata untukmu di hari
Perpisahan ini seolah beku, meski
Sedih merayapi
(Ibnu Hazm El Andalusi).

Tak terasa sudah 45 hari aku lalui liburan panjang itu, dengan berbagai problem. Mengecap pahit manisnya kehidupan  dan terlalu banyak meminum asinnya garam di lautan sampai saat ini aku masih haus akan kemanisan, keindahan dan kesejukan. Tak seperti tanah gersang di musim kemarau yang retak, tapi dengan itu dia akan segar menemukan jati  dirinya dalam musim penghujan, walau akan hilang, dia akan kembali hidup segar, indah, nyaman. Karna selalu di aliri kasih sayang oleh langitnya sebagai mana mestinya.
Ketika bumi itu menghianatinya dia akan menangis merintih tanpa henti, hingga merenggut nyawa penghuninya, di kenal dengan serangan banjir namanya.
Malaikat di ciptakan oleh allah SWT dengan cahaya murni, mungkin kita tidak dapat melihat cahayanya dia di karunia otak oleh allah untuk mengerjakan semua titahnya, hewan di karunia nafsu oleh allah sehingga buta tak dapat membedakan mana ayah dan ibunya, sedangkan kita manusia yang di karunia otak dan nafsu oleh allah SWT dengan penciptaan paling sempurna. Kita dapat mengalahkan malaikat yang hanya di beri otak untuk mengerjakan sesuatu, bahkan kita bisa lebih bejat dari hewan yang hanya menggunakan nafsunya.semuanya tergangtung kita. Kita yang menggunakannya  Dan memperaktekkan dalam kehidupan yang sesungguhnya.
>>Nai…nanti sore aku tunggu kamu di pantai, karna besok aku dah mau balik kepondok.
Pesan singkat dari Ryan memudarkan lamunanku, sekarang jam menunjukkan 09:00 WIB. Aku berangkat dari kamarku menuju ruang tamu untuk nonton TV dengan film kesayanganku FTV pagi, aktornya artis idolaku, yang sedang menokohi sosok seorang “Arya”’ yang mencintai dan dicintai oleh dua orang wanita, Arya sangat menyayangi keduanya, meski laki-laki di perbolehkan poligami, dia takut  tidak bisa adil membagi kasih sayang, kebahagiaan dan keadilan. Yang tegas dia mengambil jalan melalui istihoronya yang diberi petunjuk oleh Ustad disekitar rumahnya. Hingga ia menemukan jati dirinya yang sebenarnya. sebelumnya dia bingung tuk menentukannya. Mungkin, itulah jodoh yang telah termaktub di lauhul mahfudz sana. Seperti nokta di atas putihnya tak dapat di hapus dan dirubah, tak dapat maju dan mundur sedetik dan selangkah. Memang seperti perkataan para tokoh “kalau jodoh tidak kemana” iya itu memang benar adanya.
“Mungkin aku akan istihoroh seperti yang di lakukan “ arya” tentang cinta segi tiga, kenapa aku tidak pernah berfikir sebelumnya? Ya... aku akan segera melakukan secepatnya.”
**(M2H)**
Jam dinding di rumahku menunjukkan 14:30, aku hampir lupa kalau ada janji dengan kak Faqih, hari ini merupakan hari terakhirnya di pulau indah ini, dia akan terbang keluar madura (pondoknya) karena sudah di butuhkan tenangnya menghadapi santri baru yang akan memadati kantornya, kesantrian jabatannya.
Aku bergegas mandi dan bersolek rapi, segar dan sejuk bak embun di pagi hari yang kurasa, katanya sih…! He…
Tiba disana tak ku temukan orang satu pun termasuk faqih, kemudian terdegarlah lagu samar-samar yang tak asing lagi di kehidupan, terdengar merdu di kedua telinga, terasa semakin dekat  dan jelas lagu happy birthday to you…ku menoleh kebelakang dan kutemukan faqih dengan sebuah kue pay di kedua telapak tangannya dan bertengger angka 19 di atasnya.
“Selamat ulang tahun naila…!”sambutnya dengan senyum khasnya.
“ Faqih ! makasih ya, aku tak perah berfikir sebelumnya, dan aku tak pernah peduli pada umurku kapan lahir dan kapan matinya. sedangkan kamu, ya…kamu yang mengingatkan semua. sekali lagi terima kasih kak”
Aku begitu sumringrah melihatnya. tanpa terasa sungai kecil telah mengaliri kedua pipiku.
“Hapus air matamu dan kemudian tiuplah lilinnya sebelumnya bermunajatlah kepada tuhanmu, alunkanlah do’a dalam hatimu”
“Iya kak”
“Ya Allah …berikanlah kepastian antara dua plihan yang kau persembahkan kepadaku amiin…!” Lirihku dalam hati…
Aku tiup lilin itu, dan ku potong kuenya. suapan pertama kuberikan untuk faqih, itupun karena anak-anak memakasaku dengan berteriak.
“Suaapin…,suaapin….,suapin…”
Terpaksa aku menyuapinya tanpa aku memperdulikan muhrim dan tidaknya.
Suapan kedua aku berikan pada anak-anak desa yang ikut antusias merayakannya.
**(M2H)**

“Nai, aku hanya ingin mengatakan, jaga dirimu baik-baik, aku mau balik besok, jaga kesehatanmu, lakukanlah semua yang terbaik menurutmu selagi tidak melanggar syariat-Nya, aku akan  selalu ada di belakangmu untuk mendo’akanmu.”
“Iya…,kakak  juga jaga diri kakak baik-baik karena pertemuan antara kita hanya satu tahun satu kali”
            “Iya…nai, terima kasih,”
“Biarlah senja sore ini mejadi saksi, biarlah derapan angin menjadi bukti, biarlah hamparan pasir menjadi pijakan dan tapak kaki, aku mau nanya? adakah sedikit ruang untuk cintaku di hatimu?”

            Aku diam begitu lama, sampai dia mengulanginya, hingga aku tidak tahu berapa jumlahnya, hanya karena waktu dan suasana yang membuatku bisu seperti seorang bayi.
           
“Nai…mungkin kau tak perlu menjawabnya, aku sudah tahu kok jawabannya dari mimik yang kau pancarkan itu, kamu bukan anak-anak yang tak bisa menentukan pilihannya, kamu sudah bisa berfikir dan menentukan antara mana yang baik dan mana yang buruk”
“Nai…hanya kejujuran yang bisa mendatangkan kebaikan, pesan terakhirku jaga baik-baik agamamu, kesehatanmu, lakukan yang terbaik menurutmu, aku akan selalu ada di belakang mu”

            Lagi-lagi kalimat tersebut selalu terngiang di telingaku aku terdiam, dia meninggalkanku sendirian, lalu…aku tersadar dalam lamunan yang panjang.
           
“Kak faqih…!” teriakku
Faqih yang sudah jauh meninggalkanku, dia mendengar kemudian berhenti sejenak. Kuberlari mendekatinya lalu
            “Makasih kak…atas semua kebaikan kakak dan keluarga kakak”
            “Selamat jalan kak” imbuhku

 Air mataku mengiringi langkah demi langkahnya, penyesalanku terbawa bersama kekecewaannya, ku melihat jalanya gontai hingga dia hilang di telan semak-semak ilalang yang menghiasi indahnya hutan di dekat pantai, hingga senja benar-benar hilang dalam dekapan malam.

**(M2H)**

            Hari itupun benar-benar datang di mana faqih akan kembali kepondoknya, rasa kecewa yang dibawanya sebagai oleh-oleh ke sana, sebelum keberangkatanya dia pamit dan soan kepadaku dan keluargaku sebagai mertuanya, dia duduk di depan rumah bersama ayahku dengan kursi yang menjadi sandaran tempat duduknya dan meja menjadi alas di bawah hidangan, dia mulai berbincang-bincang, aku hanya mengintip dari dalam rumah dengan kaca sebagai satirnya.
            “Faqih, kamu laki-laki yang baik aku kagum atas kepribadianmu, “ lirihku dalam hati.
            Tak lama kemudian, dia pamit untuk pulang. Aku terus menatapnya, hingga dia hilang bersama tikungan yang di laluinya.

Hilangnya faqih menghadirkan pesan teks Ryan di Hp ku.
>> Naila, bagaimana kabar mu?.
Dia hanya menanyakan kabarku seolah dia sudah tidak peduli dengan cinta yang dititip kepadaku. Padahal hatiku masih luas untuk menampungnya, kemudian aku balas pesannya.
            << Alhamdulillah aku baik-baik saja, semoga cinta dan tuannya selalu dalam lindungan-Nya amin…
            Setelah itu dia tak lagi membalas pesanku seolah dia sedang lari dari kehidupanku, aku tidak mengerti dengan sikapnya yang baru itu, apakah ini salahku ? yang akhir-akhir ini tak pernah memberi kabar.

            Cinta hanya bisa bertahan dengan kejujuran, saling mengerti, saling isi dan melengkapi di setiap kekurangan yang ada, cinta itu, senang melihat orang yang dicintai bahagia, cinta tak pernah melihat apa yang di terima melainkan apa yang diberi, karna cinta adalah fitroh yang abadi dari sang ilahi.

            Pukul 13:00 wib faqih berangkat bersama keluarganya dengan mengendarai mobil berwarna putih miliknya, dia akan di antar ke terminal bus yang menuju langsung ke jawa tengah dimana pondoknya berada dan satu tahun lagi, dia akan kembali ke desanya, dengan membawa gelar sarjana.
**(M2H)**








“Sesungguhnya urusannya apabila dia
Menghindari sesuatu dia hanya berkata
Kepadanya, “ jadilah” maka jadilah sesuatu itu.
Maka maha suci allah yang di tangannya
Kekuasaan atas segala sesuatu dan
Kepadanya kami di kembalikan.
(Qs. Yasin : 82-83)













8
KEHILANGAN
Matahari telah berganti bulan, siang telah berganti malam, malam ini sangat sepi akupun berinisiatif untuk melaksaakan sholat istikhoroh yang beberapa hari lalu aku rencanakan.
            Sesungguhnya Rosulullah ialah memerintah untuk melaksanakan sholat istihoroh 2 Roka’at bagi seseorang yang mempunyai suatu pilihan yang meragukan (Shohih Bukhori)
            Aku melawan dinginnya malam, gayung mulai mengaliri air pertamanya pada wajahku dengan niatan tertentu untuk menghilangkan hadas kecilku.
            Seketika ku ucapkan takbiratul ihrom degan mengangkat kedua tangan, dalam ruku’ku, dalam I’didalku, dalam tasahudku, dan dalam dari semua kedalaman itu adalah do’a.
“ Ya Allah hamba memohon agar engaku memilihkan mana yang terbaik, Ya Allah hamba mohon berikanlah kepastian dengan ketentuanmu. Karena sesungguhnya hanya engakulah yang berkuasa dan juga yang maha tahu. Ya allah jika memang ini terbaik bagi hamba, dalam agama hamba dan dalam penghidupan hamba, maka berikanlah perkara ini kepada hamba, dan mudah kanlah ia bagi hamba, kemudian berikanlah keberkahan bagi hamba di dalamnya.
Ya allah…Jika sesungguhnya hal ini tidak baik bagi hamba, bagi agama hamba dan penghidupan hamba, dan tidak bermamfaat bagi hamba, maka jauhkanlah hal ini dari pada hamba, dan jauhkanlah hamba dari padanya dan berilah kebaikan di mana saja hamba berada, kemudian jadikanlah hamba orang yang rela atas anugrah-Mu”
            Kutumpah ruahkan semua tangis dan air mata pada malam yang ber jubah hiam, mukenna yang aku pakai basah, isak tersebut tak kunjung reda hingga membuatku lelap di pangkuan sajadah. Tak lama suara adzan memanggilku untuk sholat subuh berjamaah di masjid Al-Falah di samping rumah, tak terasa hingga fajar kembali tiba seperti biasanya.
            Aku duduk santai diruang tamu dengan kue kering menemani kegalauanku sambil ku ber main-main dengan remote TV ku. Hinggaplah di satu chanel yang tak asing lagi di pagiku dengan tema “apakabar Indonesia pagi?, aku terbelalak seketika, ketika mendengar berita kecelakaan tabrakan beruntun yang di alami oleh bus damri yang dari Madura menuju (jateng) bahwa bus tersebut diakibatkan remnya blong, ditemukan 7 penumpang meninggal di tempat , 43 orang mengalami luka bakar, 2 orang hilang,dan13 orang kritis.
”Ya allah..... lindungilah faqih dari mara bahayamu”
            Astagfirullah, dari daftar nama penumpang yang di tampakkan di layar kaca, nama fakih ada disana, setelah aku telusuri beritanya ternyata sesuai dengan identitas yang di milikinya. Kalimat istirja’ pun keluar dengan sendiriya
            “Inalillahi waa inna ilaihi rojiun… ibu…ayah’’ panggilku menjerit
            “Ada apa Nai…ko’ teriak-teriak sih” 
“Bu’... lihat bu’, lihat… faqih bu’, faqih… Dia mengalami kecelakaan bu’…” tangisku semakin jadi.
“Yang sabar ya Nai… kita sekarang berangkat ke tempat kejadian untuk memastikan kebenarannya. Bisa saja ada orang yang mirip dengan namanya”
            Aku dan keluarga berangkat menuju TKP tanpa ku beri tahu keluarga faqih, namun semua korban telah di evakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), di sana aku mencari daftar pasien di kasir, tidak ada yang bernama faqih, aku mondar-mandir kebingungan, tanpa arah dan tujuan hingga membuatku ke ruang mayat, di sana aku menemukan keluarga faqih.
“ Umi…! Apa berita itu benar mi…? Tanyaku dengan linangan air mata.
            “iya nai, itu benar, ini faqih, faqih tunanganmu” beliau menunjukan dengan tetapanya, kepada faqih yang sudah terbaring dengan tubuh yang hampir gosong sampai kita tidak mengenalinya. Aku tatap satu persatu di sekitarnya…. tak satu pun ku temui kegersangan mata tanpa airnya, semua orang di sana menumpahkan tangis dalam matanya, duka cita yang di rasakannya, merasa kehilangan se sosok faqih dalam kehidupannya……. Aku hanya bisa menangis, diam, menangis, diam, menangis, di sampingnya. Kembali kalimat istirja’ keluar tanpa di perintah.
            “ ya allah dengan inikah engkau menjawab munajat dalam tahajjud hamba,?” gumanku dalam hati.
Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan idzin allah, sebagai ketetapan yang telah di tentukan waktunya
(Q.S. Ali Imron:145)
**(M2H)**
            Acara pemakan sudah di laksanakan. disinilah masih banyak bulir-bulir berjatuhan, semua orang pulang setelah dibacakannya talqin, hanya abi dan umi yang menemaniku memanjatkan lembaran dari Surat Yasin. Kembali butiran itu tumpah tak terasa di setiap lembarannya, seakan dia ada di dalamnya dengan senyum khas nya. Tangisku semakin jadi.
            “ Ya Allah, kuatkanlah aku dengan semua ini” gumanku.
Yasin pun selesai dibacakan, kembali aku berdo’a yang di pimpin oleh abi.
            “ Bismillahirrahmanirrahim.
.......................................................
........................................................................
Rabbana atina fiddun’ya hasanah, wafil akhiroti hasanatau waqina adzabannar …amin…!’’
            “ naila…yang sabar ya…do’akan saja semoga faqih tenang di alam sana dan insyallah dia sudah tersenyum di surga-Nya” nasehat abi kepadaku.
            “ iya bi. ”
            “Aku pamit dulu bi, miy.” imbuhku
            “ Iya…Gak mau bermalam disini nak? “ sahut umi
            “ Insyaallah mi, nanti naila akan kembali bersama ayah dan ibu.“ jawabku.
Kucium punggung tangan abi dan umi untuk pamit kepada beliau
“hati-hati ya nak di jalan. “ pesannya
“ iya mi…” jawabku
Akupun pulang dengan lambayan tangan mengiringi langkahku bersama pulangnya raja siang ke peraduannya. Seakan menyaksikan rasa pilu yang ku perankan dalam drama Tuhan, seakan ikut sedih, dia meredubkan cahayanya, tumpahkan tangisanya dalam malam yang kelam. Tibanya di rumah, kutuangkan semua rasa capek dan ngantukku di shofa yang ada di ruang tamu rumahku. Di sana aku temukan selembar amplop yang terlentang manis masih di atas meja tertulis teruntukku di atasnya. Aku buka dengan rasa takut dan penasaran, ku temui selembar surat dari Ryan di dalamnya.
            Assalamulaikum wr.wb.
Naila bagaimana kabarmu ? setelah sekian lamanya kita tak saling tahu menahu tentang keadaan kita, dulu…hati ini gersang, kering, haus akan hujan cinta dan kasih sayang, semenjak aku mengenalmu seakan ada kesejukan tersendiri, yang gersang menjadi subur, yang kering menjadi basah, tak lagi ada kehausan akan rasa cinta dan kasih sayang denganmu, karnamu, bersamamu. Itu semua terjadi.
Dulu…waktu mataku tak bisa menatap kecuali wajahmu, bibirku tak bisa bergeming kecuali mengalun namamu, telingaku tak bisa mendengar kecuali rayumu dan hatiku tak bisa menampung cinta kecuali milikmu…….
            Dulu disetiap pagi,siang dan sore selalu kuberikan salam kasih dan sayang kepadamu.
            Tapi maaf, semua itu telah sirna, pupus, pudar di telan waktu dan zaman. Yang telah terlewatkan. Kini…! kegersangan hati dan kekeringan jiwa tak kenal musim penghujan untuk membasahinya.
Kini…! mataku tak lagi buta, bibirku tak lagi bisu, telingaku tak lagi tuli dan hatiku seakan selalu ada pada setiap jiwa-jiwa yang mencintaiku dengan utuh kini…! tak ada pagi, siang, dan sore lagi untukku tebarkan semua perhatian. Amun waktu itu telah terisi oleh mahligai cinta dan kasih sayang oleh seseorang.
Naila…! Aku harap kamu hadir nanti, di pernikahan ku dengan zahroh. Mungkin dengan jalan seperti ini kita akan lebih baik
wassalam.
Yang pertama dan terakhirmu
Ryan

            Bergegas aku berlari menuju kamar,di sana aku tumpahkan tangis dan air mata, dan aku temukan undangan miliknya dalam amplop yang aku pegang, tangisku semakin jadi, aku telah Kehilangan dua orang yang keduanya sangat aku cinta dan aku sayang semuanya telah pergi dengan alasan yang berbeda dalam tujuan yang sama untuk meninggalkanku terpuruk sendirian.
“Ya Allah…! rencana apa yang kau berikan padaku, kau telah ambil dua orang yang aku cinta dan kusayangi kau tumbuhkan cinta di antara kita. Tapi mengapa kau juga yang menghilangkan cinta kita, yang telah tertanam dalam-dalam, tumbuh besar, berkuncup dan berkembang.
Ya allah…! jangan kau buat aku kafir atas cobaan yang kau berikan…Jangan kau tumpahkan amarahmu kepadaku seorang.
Ya allah…! maafkan aku sesungguhya hanya engkaulah yang maha tahu.
           


“jangan engkau berkeluh kesah atas musibah yang menimpamu, ingatlah ! musibah dan cobaan di dunia ini tiada yang abadi suatu saat pasti berganti kebahagiaan”
(Imam Syafi’i)
**(M2H)**




“ Jangan berputus asa meskipun kamu telah berdo’a dengan keras, ada saat penundaan di dalam menerima karunia yang di harapkan. Dia telah menjamin bahwa dia akan memenuhi apa yang di pilihnya untukmu, bukan apa yang kau pilih untuk dirimu sendiri dan pada saat yang dia tentukan, bukan pada saat yang kau iginkan”
(Ibnu Athaillah)


9
AKHIRNYA JANUR KUNING MULAI MELENGKUNG
            Hari minggu, tanggal...,bulan...,tahun..., tibalah di mana, akad nikah antara Ryan dengan Zahroh akan di sakralkan.
Aku harus bagaimana ?, apa yang harus aku lakukan?, sedangka faqih sudah pergi selamanya dua hari yag lalu, kini kembali aku akan merasakan kehilangan orang yang pertama aku cinta dan kusayang, yang pertama mengisi kekosongan hati yang gersang, kini dia telah hilang dibawah nauangan janur kuning yang melengkung tak membentang.
            “Ya Allah...
Hamba tahu ini semua salah hamba, kuatkan dan tabahkan hati dan perasaan hamba dalam cobaan yang tuhan suguhkan pada menu kegalauan yang melintang ”
            Akupun hadir pada undangan itu, dalam hati tak ingin menghadirinya tapi rasa ingin melihat wajah terakhirnya dan ingin melihat senyumannya, meski  senyum itu bukan untukku. Aku relakan hati tergores sembilu oleh senyum yang disunggingkan itu, tampa ku sadari air mata kembali menetes, menetes dan terus menetes, hingga pipiku karam dalam lautan kesedihan, lebih parahnya lagi istrinya adalah Zahrotul Jannah teman pondokku dulu.
            “Ya allah...
Kenapa engkau memberikan ini semua, memberikan cobaan dan ujian yang membuatku hina di mata manusia dan mahluk lainnya aku akan berusaha tuk lapangkan dada, meski mata tak bisa membendung hujan tangisan, hingga aku menemukan jati diri yang sesungguhnya.
            Setelah akad tersebut dilafadkan, kedua pasangan dan keluarganya berdiri dan berbaris merayakan kemenangannya, semua undangan mengucapkan selamat kepadanya tidak terkecuali aku sebagai tamu disana.
            “Ryan, selamat ya.” Aku ucapkan tanpa melihat mata bundarnya.
“Mbak naila kan?”Celetuk zahroh yang sudah menjadi istrinya, aku hanya tersenyum luka.
“Iya dek zahro selamat ya” imbuhku
            Aku mulai berbincang-bincang dengan istri mantan cowokku itu, aku berusaha menahan air mata tapi tak bisa, hati tak mengizinkan, terdorong perasaan yang ingin menuangkan.
            “Mbak kenal sama mas Ryan?” tanya zahro
            “Iya zah, aku kenal di kampus, kebetulan Ryan satu kampus denganku, dan…” aku tak melanjutkan kata-kataku  itu, aku takut dia terluka akan semua yang aku katakan bahwa aku ini adalah mantan pacar suaminya.
            “Iya…,dan aku adalah mantan pacarnya…!” tambah Ryan dari belakang
            “Nai... apa kamu sudah puas dengan semua yang kamu lakukan, pertama kamu menghianati cintaku, waktu kita pacaran dulu, dan yang paling parah kamu mau merusak acara pernikahan kita, dan berkata macam-macam pada zahroh.”
            “Astagfirullah … yan, segitu bencinya kamu kepadaku, memang aku orang yang menghianati cinta yang pernah kau titipkan itu. demi Allah, aku tidak pernah berniat untuk menjadi pengacau di acara pernikahan kalian, dan sedikitpun aku tak pernah bicara macam-macam pada zahro, seandainya aku tahu, kalau akan menjadi seperti ini aku tak akan pernah hadir dan menghadiri pernikahan kalian.”
            “Sudah, cukup,cukup…”teriak zahroh dengan tangisnya.
            ”Meski kalian sudah tak ingin menghargai pernikahan ini hargailah orang tua kita, dan undangan yang ada…hik…hik”
            “Mbak, aku tahu, mbak adalah orang yang baik,  enam tahun kita bersama, dalam penjara suci kita membina persahabatan yang tak pernah punah.”
            “Dan kamu kak…kakak juga baik, aku takut, gara-gara aku kakak dan mbak naila akan bertengkar dan bermusuhan, lebih baik aku akan pergi dan aku mohon ceraikan aku kak…!”imbuhnya
            “Tidak, tidak zah...! Aku sangat mencintaimu, itu semua masa lalu ku yang sudah punah dan berlalu” seraya Ryan memeluknya didepanku.
            “Tapi kak…”
            “Sssttt..., jangan katakan itu zah! Aku menikahimu dengan izin Allah, karena Allah dan Rasulullah.”
            Aku pergi tanpa mereka sadari, selembar kertas aku letakkkan diatas meja di sampingnya, meski hati sakit dan tidak bisa menerima, karena aku yakin Allah tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan hambanya” mungkin Ryan bukan laki-laki yang tuhan takdirkan untukku, mungkin pula ada rencana di balik rencana manisnya amiin…!
            Mereka pun membuka selembar kertas yang aku letakkan di meja itu.

Maafkan aku jika menjadi krikil, atau batu sandung dikehidupan kalian, aku akan pergi jauh-jauh, aku akan mencari jati diriku yang sesungguhnya hingga aku menemukanya.
Semoga kalian menjadi sepasang keluarga yang sakinah mawaddah dan warohmah amin.
“perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji uantuk perempuan yang keji(pula). Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan –perempuan yang baik(pula)
(Q.S. An-Nuur:26)”
**(M2H)**
            Pagi-pagi aku pergi kepantai, tempat yang biasa aku singgahi bersama faqih, aku hanyutkan perahu kertas yang berisi surat yang kutitip untuk faqih.
            Faqih…! Maafkan aku jika aku tak bisa berucap kata cinta kepadamu, jika aku tak bisa jujur terhadapmu, tentang perasaan hati dan cinta kepadamu
            Dulu… hidupmu tak pernah merasakan belaian cinta dariku, bukan karena itu, tapi karena aku takut tak bisa membahagiakanmu, karen seolah-olah aku tak pantas untukmu, aku hanya seeokor ulat yang menjijikkan tiada satupun mata melirikku, hanya kamu. Ya, hanya kamu yang berani dekat, dekat dan mendekatiku.
            Faqih…! seandainya kamu masih hidup, bukan cuma insan yang cemburu melihatku, bahkan bidadari pun akan aku buat cemburu karena akan menjadi kupu-kupu yang indah, menari ditaman cintamu.
            Faqih…! Meski jasadmu telah hilang, badanmu terkapar dalam lubang yang gelap menakutkan. Biarlah, biarlah ruh dan jiwamu terbang melanglang buana alam, dalam sukma dan kesucian.
            Faqih…!aku, kamu,dan kenangan kita, ikut terkubur bersama jasadmu, hilang bersama harapku, musnah bersama nafasmu, tentang kenangan aku dan kamu.
            Sahabatku…! Aku adalah sosok yang tak perlu di tiru dalam kehidupan bercinta, aku orang yang egois, mencintai dua orang sekalian, tanpa aku fiqir hati diantara keduanya, tanpa berfikir untuk kehilangannya.
            Aku selalu teringat perkataan mbak siti makthumah dalam bukunya dia mengibaratkan.
Saat mentari terbit kita merasakan panas dan enggan melihatnya, tapi setelah terbenam barulah kita sadar betapa indahnya itu…
Begitu juga seseorang yang hadir mengisi hari-hari kita, terasa biasa, tapi setelah dia pergi barulah kita sadar betapa beratnya dia bagi kita, maka…! Cintailah orang yang mencintai kita hari ini, karena dia bisa saja tiba-tiba pergi di saat kamu mulai mencintainya. Lakukan yang terbaik jangan kecewakan orang yang mencintai kamu dengan setulus hatinya.
            **(M2H)**
Akankah Naila masih mempunyai keberanian untuk bercinta?
Tunggulah kehadiran Episode 2 dari Mencintai 2 Hati.
TENTANG PENULIS
MOH. MAKINUN AMIEN, lahir di sebuah desa penuh dengan beragam budaya, poteran telango tepatnya kabupaten sumenep, pada tangga 25 juni 1996 lahir dari pasangan Abi Abd Razaq dan Umy Marwa, terlahir sebagai kakak dari adik yng bernama Wildatul Masrurah pendidikanya di mulai dari MD Al-Makinniyah, MI Fathul Ulum, dan MTs dengan almamater yang sama kemudian melanjukan pendidikan di pondok pesantren Madura MA Mambaul Ulum Bata-Bata tercinta.
            Selama di pesantren, organisasi yang digeluti tidak terlalu banyak, diantaranya Forum Komunikasi Santri Mambaul Ulum Bata-Bata Se-sumenep. (FOKUS MBS)2011-sekarang, Lembaga Pengembangan Bahasa Arab Bata-Bata. (LPBA) 2011. Prakomisi M2KD. (PRAKOM) 2012. Fikih Subtansi. (FIKIH’S) 2012. Alumni Fikih Subtansi (AL-KIH’S) 2013-sekarang, dan menjadi salah satu ketua Anggota Kreatf Santri Sumenep (ANKRES’S) 2013-sekarang
            Karyanya dalam bentuk tulisan diantranya, petualangan cinta sejati (cepen) 2013, cinta dimakan waktu (cerpen) 2013, mutiara hati (kumpulan puisi) 2013, mencintai 2 hati (novel) 2014, Merupakan novel pertamanya




SAJAK MBS

Akulah anak pulau
Yang tak pernah bosan mencari dan berpetualang
Meski hidupku tak semulus jalan trotoar
Aku mempunyai jiwa yang tegar lebih dari batu karang
Akulah anak pulau
Yang mengubah dunia dari zaman lampau
Dengan cara berfikir, menulis dan tawakal
Kepada tuhan yang maha tunggal

17-04-2014







Untuk kritik dan saranya bisa langsung di
E-mail              : makinun_amien@yahoo.com
Facebook        : Makinun_Amien.
Handphone     : 087 850 379 900 atau




TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: novel mencintai dua hati
Ditulis oleh Vika
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://vikaardiansyah.blogspot.com/2014/05/novel-mencintai-dua-hati.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Template by Cara Membuat Email | Copyright of vika ardiansyah.